•   18,Jan,2021
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Syarat & Ketentuan
  • Pedoman Media Cyber
  • Disclaimer
  • Lomba
    • Pengumuman
    • Advertorial
  • Opini
    • EKONOMI & BISNIS
    • AKSI KORPORASI
    • GAYA HIDUP
    • TRANSPORTASI
    • KESEHATAN & KECANTIKAN
    • UMKM
    • TEKNOLOGI
    • PERTANIAN & PERKEBUNAN
    • WISATA
    • BIROKRASI
  • Review
    • MAKANAN & MINUMAN
    • KESEHATAN & KECANTIKAN
    • KEBUTUHAN RUMAH TANGGA
    • MATERIAL & ELEKTRONIK
    • MAINAN ANAK
    • TEKNOLOGI
    • BIROKRASI
    • SERBA-SERBI
    • HOTEL & RESTO
    • FASHION
  • REGISTER
  • LOGIN

Custom Pages

  • About
  • Typography
  • Shortcodes
  • Portfolio
  • Contact

Latest Post

The Best Street-Style Pics Copenhagen
Jan 21, 2018
The Best Street-Style Pics Copenhagen
Jan 21, 2018
The Best Street-Style Pics Copenhagen
Jan 21, 2018

Subscribe

  • Facebook
  • Twitter
  • Google +
  • Pinterest
Cari
Trending Now
Brown Sugar Iced Coffee
Go with Gopay
Berwisata ke Hutan Pinus Limpakuwus Yuk! Si Primadona Baru Banyumas
Super Vegitoks Cleanser
Siapa Mengira Kali Cilik yang Dulu Penuh Sampah, Sekarang Jadi Destinasi Wisata?
Makanan & Minuman | HEADLINE

Semangkuk Bakso Sabar, Hatiku Ambyar

04 November 2020 219      0
( words)

Ilistrasi, merdeka.com

Semangkuk Bakso Sabar, Hatiku Ambyar

Bakso adalah kuliner yang tak pernah sepi peminat dari waktu ke waktu. Sejarah bakso sendiri tak banyak yang tahu. Lagi-lagi, bakso sebenarnya tercipta dari tangan kreatif orang Cina pada masa Dinasti Ming, antara 1368-1644.

Bakso awalnya adalah makanan ungkapan kasih sayang anak terhadap ibundanya yang sudah lanjut usia. Di usia senja, sang ibu hanya bisa mengkonsumsi makanan yang halus saja. 

Sejarah menceritakan, seorang pemuda bernama Meng Bo berusaha membuat sang ibu yang sudah tua tetap bisa mengkonsumsi makanan favoritnya, yaitu daging. Ide muncul saat teringat pada Mochi, makanan lunak yang terbuat dari ketan ditumbuk halus.

Bakso berarti daging giling. Daging sapi digiling atau dihaluskan bersama dengan racikan bumbu istimewa seperti, bawang putih, merica bubuk, sedikit tepung, garam, dan penyedap rasa. Campuran adonan tersebut lalu dibentuk menjadi bulatan-bulatan sesuai selera. Cara penyajiannya dengan kuah kaldu menghasilkan aroma sedap tak terkira. Kelezatan makanan ciptaan Meng Bo tersebut akhirnya terkenal hingga ke Istana Kerajaan.  

Bakso sendiri tiba di Indonesia dibawa oleh para imigran Cina. Di negara yang multikulturral ini, ternyata bakso mampu beradaptasi. Keberadaan kuliner satu ini semakin berkembang pesat di seluruh pelosok daerah dengan berbagai varian dan nama. Setiap daerah pun memiliki ke khas-an rasa yang berbeda, seperti halnya Bakso Solo, Bakso Malang, dan lain-lain. 

Warung Bakso Sabar adalah salah satunya yang terkenal di daerah kami pada tahun 90-an. Ketika itu, jajanan kuliner belum sebanyak sekarang. Jika ingin mencicipi lezatnya Bakso Sabar, pelanggan harus bersabar mengantri, menunggu bangku kosong. Aku sendiri sebenarnya bukan penggemar kuliner tersebut. Melihat saja rasanya sudah eneg, apalagi mengkonsumsi. 

Kencan pertama, tahun 1998, si doi mengajakku sekedar jalan-jalan menikmati pemandangan di Bendungan Waru Turi, yang berada di daerah perbatasan antara Nganjuk-Kediri.  Sebelum mengantarku pulang dengan motor Force one dua tag miliknya, lelaki yang wajahnya mirip Lupus sang idola remaja pada jamannya itu, mengajak mampir ke Warung Bakso Sabar yang letaknya searah dengan jalan menuju rumahku. 

Awalnya ada rasa enggan saat berusaha jujur mengungkap ketidaksukaanku terhadap bakso. Namun, saat dia meyakinkan bahwa bakso ini benar-benar beda, hatiku tak tega menolaknya. 

"Coba sekali saja. Kalau ndak suka biar aku yang habiskan nanti," ucapnya sambil memohon. So sweet.

Aku berdiri di dekat pintu, tepat di belakang doi sambil menunggu aba-aba bangku kosong dari karyawan warung tersebut. Ramai sekali saat itu. Bukan cuma pusing melihat orang duduk berdempetan menikmati semangkuk hidangan special dari Pak Sabar. Aroma bakso yang tercium olehku semakin membuat mual saja. 

Kami duduk di deretan bangku belakang yang menghadap tembok dengan meja kecil memanjang berhias mangkuk kecil berisi sambal dan saos tomat, serta sebotol kecap. Kuselempangkan tas ransel ke samping, menjaga jarak, jangan sampai tubuh ini berdempetan dengan doi, meski aku merasa senang bisa duduk bersama untuk menikmati semangkuk bakso. Teringat pesan Alm.Bapak, "jangan terlalu dekat dengan lelaki, nanti kamu bisa hamil." Kata hamil adalah hal paling menakutkan pada usia remajaku saat itu. 

Tak berapa lama dua porsi bakso panas telah tersaji di hadapan kami. Satu bakso sebesar bola pingpong, dan empat sebesar kelereng berhias irisan sayur sawi, daun bawang, dan seledri. Mi keriting dan bihun menjadi pelengkapnya. Tak lupa taburan bawang goreng serta guyuran kuah bening, menciptakan aroma khas daging sapi yang memikat hati seperti si doi. 

Aku masih terpaku saat kedipan matanya memberi isyarat untuk segera memulai santapan siang itu. Kuraih sambal di hadapannya dan menuangkan beberapa sendok agar rasa bakso tersamarkan oleh pedasnya. Perlahan, terpaksa kusuapkan ke dalam mulut irisan daging giling dengan rasa yang aneh itu. Sendok pertama hingga ketiga aku masih memaksa. Sendok seterusnya aku merasakan sensasi yang berbeda. Ditambah lirikan mata sipit dan senyum kemenangan doi, tentunya, hahay. 

Dalam hitungan menit, rekor aku dapatkan. Sebuah bakso bulat besar dan kecil telah berhasil melewati proses penghancuran dalam mulut hingga turun ke lambungku. Kini tersisa dua bakso kecil dalam mangkok, dan aku sudah tak kuat lagi. Dengan penuh perhatian dia memintaku untuk menghabiskan sisanya supaya tidak mubazir. Aku menggelengkan kepala karena memang sudah tak bisa. Dengan santainya doi meraih mangkuk di hadapanku, menusukkan garpunya lalu melahap sisa baksoku sampai habis. Benar-benar sok manis wkwkwk.

Sejak kencan pertama itu, aku mulai menyukai bakso. Pertemuan berikutnya bapak tak mengijinkan aku keluar dengannya, karena dari percakapan ringan dengan doi, bapak mengaku pernah mengenal dekat ibunya walau akhirnya tak berjodoh dengan wanita calon mertuaku itu wkwkwk. Benar saja. Seperti nama Warung Bakso Sabar, aku pun harus bersabar sampai bapak memberiku restu.  

Hari-hari berikutnya aku merindukan suasana menikmati bakso sabar bersamanya. Bakso pertama yang menurutku nikmat tak terkira, senikmat perasaan cinta kami berdua wkwkwk.

Enam bulan berlalu, doi yang biasa apel dua minggu sekali itu mulai enggan ke rumah, melainkan hanya bertitip salam lewat sahabatnya. Ketika aku tanya mengapa, jawabnya, dia merasa sungkan sama bapakku. Dengan yang lain, dia bebas-bebas saja apel anpa harus ditunggui bapaknya. Ya sudah! Aku tak bisa memaksa meski hati sedang merana, merindukan dia. 

Setahun pun berlalu, aku merasa tak pernah mendapat kepastian dari doi.  Terakhir bertemu, dia mengajakku keluar untuk menceritakan hal yang sama sekali tidak kuduga sebelumnya. Sambil kembali menikmati Bakso Sabar, doi izin merantau demi sebuah cita-cita. Semangkuk Bakso Sabar berubah jadi hambar. Ya, rasanya tak selezat saat kencan pertama. Namun bukan itu yang membuatku bersedih dan berlinang air mata. Seorang wanita mengaku hamil karena ulah Si Lupus yang tak lain adalah kekasihku.  

Selanjutnya, aku memutuskan tidak lagi memikirkan rinduku padanya. Bakso Sabar telah membuat hatiku benar-benar ambyar. Bahkan, sebelum terbentuknya Sobat Ambyar aku lah yang pertama merasakan Bakso Ambyar, wkwkwk. 

Hingga kini, aku tidak begitu menyukai kuliner satu itu. Namun, demi suamiku tercinta sepenuh jiwa raga hingga menembus cakrawala senja, sesekali kunikmati kuliner bakso dengan beliau, kecuali ke Warung Bakso Sabar, yang konon,  warungnya sudah tutup karena tidak ada penerusnya. 

Saat suami bertanya, "Enak, ya, Dik?"
"Nikmat, Mas. Senikmat cintaku padamu." Wkwkwk.

Alhasil, suami pun tersenyum, merelakan semangkuk bakso miliknya untukku. Wkwkwk.

Kuliner Kenangan

Artikel Terkait

Mie Ayam Bakso Parahyangan Bandung, Tetap Eksis di Tengah Pandemi

Asal-Usul Sate Taichan dan Cerita Kencan Pertama

Asyiknya Bermain Lompat Tali

Penulis

Dian Hariani

Postingan Terbaru

Mengenang Masa Kecil Lewat Tumis Remis Cabe Ijo
13 Januari 2021
Mencegah Timbulnya Jerawat Dengan Pisang
13 Januari 2021
Tingkatkan Libido Dengan Jahe Merah
10 Januari 2021
Romantisme Curug Landung
10 Januari 2021
Pantai Manganti Surga Tersembunyi di Kabupaten Kebumen
10 Januari 2021
Olahraga Murah dan Menyehatkan, Ayo Nikreuh
08 Januari 2021
Minuman Anti Maag yang Enak dan Mudah
08 Januari 2021

Ikuti Kami

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
Copyright © 2020 Suarakonsumen.co